Kelas : 2KA34
Npm : 1C114795
BEBERAPA
PENDEKATAN YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MEMBAHAS HUBUNGAN ANTARA KEKUASAAN DAN
PENGARUH
Kekuasaan
kekuasaan
adalah kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih
individu (a quality inherent in an interaction between two or more
individuals). Jika setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi
tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah
pertukaran kekuasaan.
Pengaruh
Sebagai
esensi dari kepemimpinan, pengaruh diperlukan untuk menyampaikan gagasan,
mendapatkan penerimaan dari kebijakan atau rencana dan untuk memotivasi orang
lain agar mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan. Jika kekuasaan merupakan kapasitas
untuk menjalankan pengaruh, maka cara kekuasaan itu dilaksanakan berkaitan
dengan perilaku mempengaruhi. Oleh karena itu, cara kekuasaan itu dijalankan
dalam berbagai bentuk perilaku mempengaruhi dan proses-proses mempengaruhi yang
timbal balik antara pemimpin dan pengikut, juga akan menentukan efektivitas
kepemimpinan.
Menurut French dan Raven,
ada lima tipe kekuasaan, yaitu
:
1. Reward power
Tipe kekuasaan ini
memusatkan perhatian pada kemampuan untuk memberi ganjaran atau imbalan atas
pekerjaan atau tugas yang dilakukan orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud
melalui suatu kejadian atau situasi yang memungkinkan orang lain menemukan
kepuasan. Dalam deskripsi konkrit adalah ‘jika anda dapat menjamin atau memberi
kepastian gaji atau jabatan saya meningkat, anda dapat menggunkan reward power
anda kepada saya’. Pernyataan ini mengandung makna, bahwa seseorang dapat
melalukan reward power karena ia mampu memberi kepuasan kepada orang lain.
2. Coercive power
Kekuasaan yang bertipe
paksaan ini, lebih memusatkan pandangan kemampuan untuk memberi hukuman kepada
orang lain. Tipe koersif ini berlaku jika bawahan merasakan bahwa atasannya
yang mempunyai ‘lisensi’ untuk menghukum dengan tugas-tugas yang sulit, mencaci
maki sampai kekuasaannya memotong gaji karyawan. Menurut David Lawless, jika
tipe kekuasaan yang poersif ini terlalu banyak digunakan akan membawa
kemungkinan bawahan melakukan tindakan balas dendam atas perlakuan atau hukuman
yang dirasakannya tidak adil, bahkan sangat mungkin bawahan atau karyawan akan
meninggalkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
3 Referent power
Tipe kekuasaan ini
didasarkan pada satu hubungan ‘kesukaan’ atau liking, dalam arti ketika
seseorang mengidentifikasi orang lain yang mempunyai kualitas atau persyaratan
seperti yang diinginkannya. Dalam uraian yang lebih konkrit, seorang pimpinan
akan mempunyai referensi terhadap para bawahannya yang mampu melaksanakan
pekerjaan dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan atasannya.
4. Expert power
Kekuasaa yang berdasar pada
keahlian ini, memfokuskan diripada suatu keyakinan bahwa seseorang yang
mempunyai kekuasaan, pastilah ia memiliki pengetahuan, keahlian dan informasi
yang lebih banyak dalam suatu persoalan. Seorang atasan akan dianggap memiliki
expert power tentang pemecahan suatu persoalan tertentu, kalau bawahannya
selalu berkonsultasi dengan pimpinan tersebut dan menerima jalan pemecahan yang
diberikan pimpinan. Inilah indikasi dari munculnya expert power.
5.Legitimate power
Kekuasaan yang sah
adalah kekuasaan yang sebenarnya (actual power), ketika seseorang melalui suatu
persetujuan dan kesepakatan diberi hak untuk mengatur dan menentukan perilaku
orang lain dalam suatu organisasi. Tipe kekuasaan ini bersandar pada struktur
social suatu organisasi, dan terutama pada nilai-nilai cultural. Dalam contoh
yang nyata, jika seseorang dianggap lebih tua, memiliki senioritas dalam
organisasi, maka orang lain setuju untuk mengizinkan orang tersebut
melaksanakan kekuasaan yang sudah dilegitimasi tersebut.
Dari lima tipe kekuasaan di atas mana yang terbaik? Scott dan Mitchell menawarkan satu jawaban. Harus dingat bahwa kekuasaan hampir selalu berkaitan dengan praktik-praktik seperti penggunaan rangsangan (insentif) atau paksaan (coercion) guna mengamankan tindakan menuju tujuan yang telah ditetapkan. Seharusnya orang-orang yang berada di pucuk pimpinan, mengupayakan untuk sedikit menggunakan insentif dan koersif. Sebab secara alamiah cara yang paling efisien dan ekonomis supaya bawahan secara sukarela dan patuh untuk melaksanakan pekerjaan adalah dengan cara mempersuasi mereka. Cara-cara koersif dan insentif ini selalu lebih mahal, dibanding jika karyawan secara spontas termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi yang mereka pahami berasal dari kewenangan yang sah (legitimate authority).
Dari lima tipe kekuasaan di atas mana yang terbaik? Scott dan Mitchell menawarkan satu jawaban. Harus dingat bahwa kekuasaan hampir selalu berkaitan dengan praktik-praktik seperti penggunaan rangsangan (insentif) atau paksaan (coercion) guna mengamankan tindakan menuju tujuan yang telah ditetapkan. Seharusnya orang-orang yang berada di pucuk pimpinan, mengupayakan untuk sedikit menggunakan insentif dan koersif. Sebab secara alamiah cara yang paling efisien dan ekonomis supaya bawahan secara sukarela dan patuh untuk melaksanakan pekerjaan adalah dengan cara mempersuasi mereka. Cara-cara koersif dan insentif ini selalu lebih mahal, dibanding jika karyawan secara spontas termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi yang mereka pahami berasal dari kewenangan yang sah (legitimate authority).
Jenis-jenis spesifik perilaku yang digunakan untuk
mempengaruhi dapat dijadikan jembatan bagi pendekatan kekuasaan dan pendekatan
perilaku mengenai kepemimpinan.
Sejumlah studi telah mengidentifikasi kategori
perilaku mempengaruhi yang proaktif yang disebut sebagai taktik mempengaruhi,
antara lain :
*
Persuasi Rasional:
Pemimpin menggunakan argumentasi logis dan bukti
faktual untuk mempersuasi pengikut bahwa suatu usulan adalah masuk akal dan
kemungkinan dapat mencapai sasaran.
*
Permintaan Inspirasional:
Pemimpin membuat usulan yang membangkitkan entusiasme
pada pengikut dengan menunjuk pada nilai-nilai, ide dan aspirasi pengikut atau
dengan meningkatkan rasa percaya diri dari pengikut.
*
Konsultasi:
Pemimpin mengajak partisipasi pengikut dalam
merencanakan sasaran, aktivitas atau perubahan yang untuk itu diperlukan
dukungan dan bantuan pengikut atau pemimpin bersedia memodifikasi usulan untuk
menanggapi perhatian dan saran dari pengikut.
*
Menjilat:
Pemimpin menggunakan pujian, rayuan, perilaku
ramah-tamah, atau perilaku yang membantu agar pengikut berada dalam keadaan
yang menyenangkan atau mempunyai pikiran yang menguntungkan pemimpin tersebut
sebelum meminta sesuatu.
*
Permintaan Pribadi:
Pemimpin menggunakan perasaan pengikut mengenai
kesetiaan dan persahabatan terhadap dirinya ketika meminta sesuatu.
*
Pertukaran:
Pemimpin menawarkan suatu pertukaran budi baik,
memberi indikasi kesediaan untuk membalasnya pada suatu saat nanti, atau
menjanjikan bagian dari manfaat bila pengikut membantu pencapaian tugas.
*
Taktik Koalisi:
Pemimpin mencari bantuan dari orang lain untuk
mempersuasi pengikut agar melakukan sesuatu atau menggunakan dukungan orang
lain sebagai suatu alasan bagi pengikut untuk juga menyetujuinya.
*
Taktik Mengesahkan:
Pemimpin mencoba untuk menetapkan validitas permintaan
dengan menyatakan kewenangan atau hak untuk membuatnya atau dengan membuktikan
bahwa hal itu adalah konsisten dengan kebijakan, peraturan, praktik atau
tradisi organisasi.
*
Menekan:
Pemimpin menggunakan permintaan, ancaman, seringnya
pemeriksaan, atau peringatan-peringatan terus menerus untuk mempengaruhi
pengikut melakukan apa yang diinginkan.
Pilihan mengenai perilaku mempengaruhi tergantung pada
position power dan personal power yang dimiliki pemimpin terhadap orang yang
dipimpinnya pada situasi tertentu. Perilaku mempengaruhi seorang pemimpin
secara langsung mempengaruhi sikap dan perilaku orang yang dipimpin baik berupa
komitmen, kepatuhan maupun perlawanan. Hasil dari proses mempengaruhi, juga
mempunyai efek umpan balik terhadap perilaku pemimpin.Selain itu, dampak
kekuasaan pemimpin pada dasarnya tergantung pada apa yang dilakukan pemimpin
dalam mempengaruhi orang yang dipimpin.Dengan demikian, hasil dari usaha
mempengaruhi merupakan akumulasi dari keterampilan mempengaruhi, perilaku
mempengaruhi, dan kekuasaan pemimpin.
2. DUA BUAH MODEL FISHER
DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1.
Model
Preskriptif
Pemberian resep perbaikan, model ini menerangkan
bagaimana kelompok seharusnya mengambil keputusan.
2.
Model Deskriptif
Model ini menerangkan bagaimana kelompok mengambil
keputusan tertentu. Model preskriptif berdasarkan pada proses yang ideal
sedangkan model deskriptif berdasarkan pada realitas observasi
Referensi :
http://waina270809.wordpress.com/2012/03/29/proses-organisasi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar